Sampai saat ini
keberadaan myofascial trigger point
masih sukar diketahui penyebab utamanya. Namun para ahli menuliskan bahwa
penyebabnya sangat banyak sesuai dengan varietas gangguannya, yang biasanya
banyak berkaitan dengan ganguan organ dalam/alat viscera.
2. Myofascial Trigger Point (MTrP) ?
Myofascial trigger point merupakan suatu titik nyeri yang teriritasi
pada otot dengan diameter ± 1 cm. , secara anatomi dan neurofisiologi myofascial trigger point tidak nampak/tidak
berhubungan secara langsung antara lesi primer dengan gejala nyeri yang nampak
di permukaan kulit.
Menurut Travel ,1997, mengemukakan
bahwa myofascial trigger point adalah suatu titik yang sensitif
(titik nyeri ) yang terdapat di dalam atau di luar daerah yang cedera dan
terlokalisasi pada tingkat segmental umum dari sistem saraf simpatis serta
tidak ada hubungan khusus dengan indikasi medis.
3. Ciri – Ciri Myofascial Trigger point.
Menurut
Travell dan Janet, 1997, mengemukakan bahwa tanda – tanda dari myofascial trigger point, yaitu :
a. Titik nyeri sekitar 0,5 – 1 cm.
b. Sensitif/hyperalgesi.
c. Tidak mempunyai kaitan khusus
dengan indikasi medik.
d. Lokasi diagnostik dan terapi
berada di luar area titik nyeri.
e. Keberadaannya sering penderita tidak tahu, tetapi kemungkinan adanya
ketidakseimbangan fungsi reflekstoar saraf.
f. Refered pain terjadi di tempat
secara spontan saat dirangsang oleh sesudahnya.
Ciri lainnya berupa, adanya embrionik trigger point yang ditemukan sebagai
“satelit” dalam keadaan trigger pada area sasaran, adanya painfull point (Tender point) yang tidak berkaitan
dengan gejala, trigger point merupakan area peningkatan konsumsi energi dan
berkurangnya suplai O2 pada sirkulasi lokal
4. Patologi
Myofascial
pain merupakan nyeri yang teriritasi pada otot dengan diameter ± 0,5-1 cm,
dengan gejala nyeri lokal pada otot, nampak reaksi vegetatif seperti
vasokonstriksi. Munculnya myofascial pain kadangkala tidak disadari oleh
penderita dan mungkin ada kaitannya dengan nyeri kronik akibat pembebanan,
dalam hal ini posisi tubuh yang tidak seimbang oleh karena spasme otot. Spasme
otot yang berlangsung lama akan menimbulkan gangguan sirkulasi darah, sehingga
timbul nyeri berupa ischemic pain. Jika keadaan tersebut berlangsung dalam
jangka waktu cukup lama, maka akan terjadi mekanisme adaptasi yang menyebabkan
timbulnya myofascial pain. Pada myofascial pain sering ditemukan taut band
berupa perasaan tidak enak, geli dan atau rasa kemang-kemang disekitar scapula sebagai
akibat terangsangnya tipe saraf III/b pada nyeri kronik akibat pembebanan.
Kerusakan
jaringan akibat pembebanan merupakan sumber stimulus nyeri dimana dalam proses tranduksi diubah menjadi suatu aktifitas
listrik yang akan diterima oleh ujung-ujung saraf. Stimulus tersebut dapat
berupa stimuli fisik(tekanan), suhu dan kimia. Beberapa zat kimia seperti bradikinine, poplitida yang dilepaskan
oleh jaringan yang rusak akan merangsang ujung saraf sensoris nyeri. Selanjutnya sinyal nyeri akan dihantarkan oleh
serabut saraf kecil tipe A atau III b dan serabut saraf tipe C atau IV. Serabut
saraf tipe A dengan kecepatan 15-40m/detik menghantarkan rasa nyeri cepat
sedangkan serabut tipe C dengan kecepatan 0,5 – 2,5 m/detik menghantarkan rasa
nyeri lambat. Kedua serabut tersebut memasuki medulla spinalis melalui radiks
dorsalis naik atau turun satu atau dua segmen di dalam traktus lissauer dan berakhir pada kornu dorsalis substansia grisea medulla spinalis.
Serabut-serabut tersebut selanjutnya menyeberang
ke sisi medulla spinalis yang
berlawanan dalam kommisura anterior,
lalu ke cranial ke otak melalui traktus
spinothalmicus dan traktus
spinoreticularis, yang pada akhirnya menghasilkan persepsi nyeri yang amat
subyektif.
---------
Salah satu treatmen yang bisa diberikan pada Myofascial Trigger Point (MTrP) adalah friction.
1. Friction
Friction merupakan suatu manipulasi atau massage ringan pada suatu titik tertentu
pada jaringan dengan gerakan melingkar atau melintang dengan gerakan yang
dibentuk tersebut tidak boleh bergeser dari permukaan kulit dan tetap bergerak
bersama-sama dengan menggunakan ujung thumb,
finger atau tulang yang menonjol pada
punggung jari tangan, yang ditujukan pada kapsul sendi, otot,fascia dan ligament.
2. Efek Friction
a. Efek pada sirkulasi darah
Menurut
Mannel (hal. 49, 1964),dengan massage berupa friction dapat melancarkan sirkulasi darah secara tidak langsung,
dan jika aliran vena menuju ke jantung,
maka kecepatan denyut jantung akan meningkat,
stroke volume darah akan meningkat, dengan demikian jumlah darah arteri ke
perifer meningkat.
b. Efek pada
sistem saraf
Nyeri dapat
berkurang jika friction diberikan
secara kontinyu. Pemberian friction
mengakibatkan terjadinya sedative efek
(menurunkan nyeri), efek pada sistem saraf tepi dan mungkin juga saraf motorik (Mannel, hal.51, 1964).
Menurut
Korr (hal. 62,1996), dasar dari pengurangan nyeri ini diperoleh, antara lain
dari : perbaikan sirkulasi darah dalam jaringan, normalisasi dari tonus otot,
berkurangnya tekanan dalam jaringan, berkurangnya derajat keasaman, dan
stimulasi pada serabut saraf afferent.
c. Efek pada jaringan otot.
Friction dapat memperbaiki nutrisi, memelihara dan
meningkatkan kekuatan otot (Despard,
hal. 52, 1964). Menurut Rosenthal, friction
dapat memperbaiki keadaan otot menjadi normal, mengurangi dan menghilangkan
jaringan fibrous pada fiber otot dan mempercepat proses pengabsorbsian cairan.
Pemberian deep
friction pada jaringan otot dapat mencegah terbentuknya/mencerai beraikan
perlengketan jaringan yang terbentuk pada fiber otot (Langley dan Hashmato,
hal.54, 1964).
d. Efek pada kulit.
Rosenthal
(hal.56, 1964), mengatakan bahwa pemberian friction
dapat meningkatkan suhu kulit sekitar 2 – 3 °C oleh karena efek mekanik secara
langsung , juga dapat mengaktifkan konduktivitas ujung-ujung saraf perifer di
kulit.
Menurut
Severini dan Venerando (hal. 56, 1964), pemberian deep pressure dapat mengubah suhu kulit, yang dikombinasikan dengan
pemberian containing venellilong amide dan butoxethil nicotinate, serta dapat
memperpanjang kenaikan suhu kulit, serta menambah aliran darah pada otot.
e. Efek pada sirkulasi limpa.
Massage efektif dalam meningkatkan kecepatan
obstruksi pada jaringan cutaneus,otot,sendi,
dan cairan connective Pemberian indurasi tehnik dapat menggerakkan cairan
ekstramuscular ke dalam limpa dan mengalirkan darah ke limfe.
f. Efek pada metabolisme
Menurut Pemberton (hal. 57, 1964), secara
umum proses metabolisme dipengaruhi oleh pengaruh sirkulasi massage – salah satunya tehnik friction, dimana dapat mempercepat
proses perbaikan pada jaringan yang mengalami gangguan.
g. Efek pada psikologi.
Konsentrasi
penuh dari seorang fisioterapis terhadap pasien dengan pemberian
sensasi/perasaan, sentuhan fisik yang lembut akan membuat kepercayaan penuh
terhadap pasien untuk menyatakan kesulitan kesehatannya sehingga membuat pasien merasa senang, tenang, dan
menghilangkan kecemasan dan salah tafsir (Editor : Elizabeth, hal. 59, 1964).
h. Efek lain dari pemberian friction.
Manipulasi dengan tehnik friction
pada gangguan fungsi jaringan lunak,
memberikan efek untuk menormalkan kembali fungsi jaringan lunak tersebut
via reflekstorik.
Seringkali letak nyeri yang
direfleksikan ke permukaan kulit yang sesegmen, tersembunyi antara lain di organ viscera, namun dengan terapi reflekstoar
salah satunya tehnik friction pada
area nyeri tersebut dapat dicapai hanya dengan stimulasi di kulit area tertentu.
Friction cukup efektif untuk mengurangi nyeri kronik via Stimulasi tipe saraf III a
untuk modulasi nocisensor di jaringan
lunak serta melemaskan dan mengulur perlengketan jaringan lunak akibat
kontraktur dan atau nodulus.
i. Efek piezo
elektrik
Adanya
suatu tekanan dan regangan menyebabkan timbulnya beban potensial pada jaringan
dan akan menarik elektrolit yang mengandung ion positif maupun ion negatif.
Sedikit tulisan dari saya , semoga bermanfaat bagi kita semua. Bila ada salah kata atau mungkin tulisan saya kurang relevan ,saya mohon koreksi dan sarannya
Terimakasih.
Terimakasih.
Trims infonya kak.
BalasHapusSalam damai